Latar belakang Penaklukan_Surabaya_oleh_Mataram

Pada pertengahan kedua abad ke-16, Kesultanan Demak yang menguasai kepulauan Jawa runtuh dan menjadi beberapa negara merdeka.[6] Pada awal abad ke-17, tiga dari negara-negara ini muncul sebagai kekuatan utama iaitu Kesultanan Banten di Jawa Barat, Kesultanan Mataram di pedalaman Jawa Tengah, dan Kadipaten Surabaya di pesisir Jawa Timur.[7][8] Mataram mengukuhkan kekuatannya dengan menyatukan kerajaan lain: Pajang pada tahun s. 1588 1588, Demak (1588), Madiun (s. 1590 1590) dan Kediri (1591).[9] Berikutan ekspedisi Mataram ke atas Banten pada tahun 1597 gagal, Mataram mengubah penguasaannya di bahagian Timur iaitu bahagian di bawah pengaruh Surabaya.[9]

Kadipaten Surabaya berpusat sekitar kota Surabaya kini, iaitu di pantai utara Jawa Timur.[3] Kadipaten ini kaya dan kuat,[3] dan kota pelabuhannya merupakan laluan perdagangan penting antara Melaka dan kepulauan penghasil rempah-rempah (Maluku).[10] Keluasan kota ini adalah sekitar 37 kilometer (23 mi) dalam diameter, dan diperkuat oleh terusan-terusan dan meriam-meriam.[3] Bersekutu dengan negara terdekat, Pasuruan, Kadipaten ini memperluaskan pengaruhnya ke seluruh bagian timur pulau Jawa di awal abad ke-17.[11] Pada tahun 1622, Kadipaten Surabaya mengawal daerah Gresik dan Sedayu di Jawa Timur.[3] dan juga menguasai daerah Sukadana[3] dan Banjarmasin[12] di Kalimantan Selatan. Terdapat laporan meragukan yang mengatakan Kadipaten ini mungkin telah memperluas pengaruhnya ke Pasuruan, Blambangan, wilayah lembah sungai Brantas, dan Wirasaba.[3] Selain itu, Surabaya sekutu Tuban, Malang, Kediri, Lasem, semua wilayah di Jawa Timur, serta Madura di luar pantai utaranya.[13] Perikatan ini terbentuk sebagai tindak balas kepada kuasa Mataram yang semakin meningkat,[12] manakala Surabaya merupakan pengasas dan ahli yang paling kuat.[12][9]